Minggu, 26 September 2010

Face PBA



Al-Hadist

Sejarah Pembinaan dan Penghimpunan Hadist
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bi Abdul Azis yakni tahun 99 Hijriyah datanglah angin segar yang mendukung kelestarian hadits, Maka pada tahun 100 H Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkan kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin Hazm supaya membukukan hadits-hadits Nabi yang terdapat pada para penghafal.

A. PENULISAN HADIS
Para penulis sejarah Rasul, ulama hadis, dan umat Islam semuanya sependapat menetapkan bahwa AI-Quranul Karim memperoleh perhatianyang penuh dari Rasul dan para sahabatnya. Rasul mengharapkan para sahabatnya untuk menghapalkan AI-Quran dan menuliskannya di tempat-tempat tertentu, seperti keping-keping tulang, pelepah kurma, di batu-batu, dan sebagainya.
Ketika Rasulullah SAW. wafat, Al-Quran telah dihapalkan dengan sempurna oleh para sahabat. Selain itu, ayat-ayat suci AI-Quran seluruhnya telah lengkap ditulis, hanya saja belum terkumpul dalam bentuk sebuah mushaf. Adapun hadis atau sunnah dalam penulisannya ketika itu kurang memperoleh perhatian seperti halnya Al-Quran. Penulisan hadis dilakukan oleh beberapa sahabat secara tidak resmi, karena tidak diperintahkan oleh Rasul sebagaimana ia memerintahkan mereka untuk menulis AI-Quran. Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki catatan hadis-hadis Rasulullah SAW. Mereka mencatat sebagian hadis-hadisyang pernah mereka dengar dari Rasulullah SA W.
Diantara sahabat-sahabat Rasulullah yang mempunyai catatan-catatan hadis Rasulullah adalah Abdullah bin Amr bin AS yang menulis, sahifah-sahifah yang dinamai As-Sadiqah. Sebagian sahabat menyatakan keberatannya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Abdullah itu Mereka beralasan bahwa Rasulullah telah bersabda.
Artinya:
"Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Al- Quran. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain Al- Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR. Muslim)
Dan mereka berkata kepadanya, "Kamu selalu menulis apa yang kamu dengar dari Nabi, padahal beliau kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau menuturkan sesuatu yang tidak dijadikan syariat umum." Mendengar ucapan mereka itu, Abdullah bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai hal tersebut. Rasulullah kemudian bersabda:
Artinya:
"Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku di tangannya. tidak keluar dari mulutku. selain kebenaran ".
Menurut suatu riwayat, diterangkan bahwa Ali mempunyai sebuah sahifah dan Anas bin Malik mempunyai sebuah buku catatan. Abu Hurairah menyatakan: "Tidak adadari seorang sahabat Nabi yang lebih banyak (lebih mengetahui) hadis Rasulullah daripadaku, selain Abdullah bin Amr bin As. Dia menuliskan apa yang dia dengar , sedangkan aku tidak menulisnya". Sebagian besar ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadis dinasakh (dimansukh) dengan hadisyang memberi izin yang datang kemudian.
Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Rasulullah tidak menghalangi usaha para sahabat menulis hadis secara tidak resmi. Mereka memahami hadis Rasulullah SAW. di atas bahwa laranganNabi menulis hadis adalah ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan akan mencampuradukan hadis dengan AI-Quran Sedangkan izin hanya diberikan kepada mereka yang tidak dikhawatirkan mencampuradukan hadis dengan Al-Quran. Oleh karena itu, setelah Al-Quran ditulis dengan sempurna dan telah lengkap pula turunannya, maka tidak ada Jarangan untuk menulis hadis. Tegasnya antara dua hadis Rasulullah di atas tidak ada pertentangan manakala kita memahami bahwa larangan itu hanya berlaku untuk orang-orang tertentuyang dikhawatirkan mencampurkan AI-Quran dengan hadis, dan mereka yang mempunyai ingatan/kuat hapalannya. Dan izin menulis hadis diberikan kepada mereka yang hanya menulis sunah untuk diri sendiri, dan mereka yang tidak kuat ingatan/hapalannya.

B. PENGHAPALAN HADIS
Para sahabat dalam menerima hadis dari Nabi SAW. berpegang pada kekuatan hapalannya, yakni menerimanya dengan jalan hapalan, bukan dengan jalan menulis hadis dalam buku. Sebab itu kebanyakan sahabat menerima hadis melalui mendengar dengan hati-hati apayang disabdakan Nabi. Kemudian terekamlah lafal dan makna itu dalam sanubari mereka. Mereka dapat melihat langsung apa yang Nabi kerjakan. atau mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri dari nabi, karena tidak semua dari mereka pada setiap waktu dapat mengikuti atau menghadiri majelis Nabi. Kemudian para sahabat menghapal setiap apa yang diperoleh dari sabda-sabdanya dan berupaya mengingat apa yang pernah Nabi lakukan, untuk selanjutnya disampaikan kepada orang lain secara hapalan pula.
Hanya beberapa orang sahabat saja yang mencatat hadis yang didengarnya dari Nabi SAW. Di antara sahabat yang paling banyak menghapal/meriwayatkan hadis ialah Abu Hurairah. Menurut keterangan Ibnu Jauzi bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah sejumlah 5.374 buah hadis. Kemudian para sahabat yang paling banyak hapalannya sesudah Abu Hurairah ialah:
1. Abdullah bin Umar r.a. meriwayatkan 2.630 buah hadis.
2. Anas bin Malik meriwayatkan 2.276 buah hadis.
3. Aisyah meriwayatkan 2.210 buah hadis.
4. Abdullah ibnu Abbas meriwayatkan 1.660 buah hadis.
5. Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 buah hadis.
6. Abu Said AI-Khudri meriwayatkan 1.170 buah hadis.

C. PENGHIMPUNAN HADIS
Pada abad pertama hijrah, yakni masa Rasulullah SAW., masa khulafaur Rasyidin dan sebagian besar masa bani umayyah, hingga akhir abad pertama hijrah, hadis-hadis itu berpindah-pindah dan disampaikan dari mulut ke mulut Masing-masing perawi pada waktu itu meriwayatkan hadis berdasarkan kekuatan hapalannya. Memang hapalan mereka terkenal kuat sehingga mampu mengeluarkan kembali hadis-hadisyang pernah direkam dalam ingatannya. Ide penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab (w. 23/H/644 M). Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir bila umat Islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Al-Quran.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dinobatkan akhir abad pertama hijrah, yakni tahun 99 hijrah datanglah angin segar yang mendukung kelestarian hadis. Umar bin Abdul Azis seorang khalifah dari Bani Umayyah terkenal adil dan wara', sehingga beliau dipandang sebagai khalifah Rasyidin yang kelima.
Beliau sangat waspada dan sadar, bahwa para perawi yang mengumpulkan hadis dalam ingatannya semakin sedikit jumlahnya, karena meninggal dunia. Beliau khawatir apabila tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku-buku hadisdari para perawinya, mungkin hadis-hadis itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghapalnya. Maka tergeraklah dalam hatinya untuk mengumpulkan hadis-hadisNabi dari para penghapal yang masih hidup. Pada tahun 100 H. Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkah kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin Hazm supaya membukukan hadis-hadis Nabi yang terdapat pada para penghafal.
Umar bin Abdul Azis menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm yang berbunyi:
Artinya:
"Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu tulislah. karena aku takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya ulama dan jangan diterima selain hadis Rasul SAW dan hendaklah disebarluaskan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orangyang tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu dirahasiakan. "
Selain kepada Gubernur Madinah, khalifah juga menulis surat kepada Gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadis. Khalifah juga secara khusus menulis surat kepada AbuBakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri. Kemudian Syihab Az-Zuhri mulai melaksanakan perinea khalifah tersebut. Dan Az-Zuhri itulahyang merupakan salah satu ulama yang pertama kali membukukan hadis.
Dari Syihab Az-Zuhri ini (15-124 H) kemudian dikembangkan oleh ulama-ulama berikutnya, yang di samping pembukuan hadis sekaligus dilakukan usaha menyeleksi hadis-hadis yang maqbul dan mardud dengan menggunakan metode sanad dan isnad.
Metode sanad dan isnad ialah metode yang digunakan untuk menguji sumber-sumber pembawa berita hadis (perawi) dengan mengetahui keadaan para perawi, riwayat hidupnya, kapan dan di mana ia hidup, kawan semasa, bagaimana daya tangkap dan ingatannya dan sebagainya. Ilmu tersebut dibahas dalam ilmu yang dinamakan ilmu hadis Dirayah, yang kemudian terkenal dengan ilmu Mustalahul hadis.
Setelah generasi Az-Zuhri, kemudian pembukuan hadis dilanjutkan oleh Ibn Juraij (w. 150 H), Ar-Rabi' bin Shabih (w. 160 H) dan masih banyak lagi ulama-ulama lainnya. Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pembukuan hadis dimulai sejak akhir masa pemerintahan Bani Umayyah, tetapi belum begitu sempuma. Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu pada pertengahan abad II H. dilakukan upaya penyempunaan. Mulai. waktu itu kelihatan gerakan secara aktif untuk membukukan ilmu pengetahuan, termasuk pembukuan dan penulisan hadis-hadis Rasul SAW. Kitab-kitab yang terkenal pada waktu itu yang ada hingga sekarang sampai kepada kita, antara lain AI-Muwatha ' oleh imam Malik, AI Musnad oleh Imam Asy-Syafi'l (204) H. Pembukuan hadis itu kemudian dilanjutkan secara lebih teliti oleh Imam-lmam ahli hadis, seperti Bukhari, Muslim, Turmuzi, Nasai, Abu Daud, Ibnu Majah, dan lain-lain
Dari mereka itu, kita kenal Kutubus Sittah (kitab-kitab) enam yaitu: Sahih AI-Bukhari Sahih Muslim, Sunan An-Nasai dan At-Turmuzi. Tidak sedikit pada "masa berikutnya dari para ulama yang menaruh perhatian besar kepada Kutubus sittah tersebut beserta kitab Muwatta dengan cara mensyarahinya dan memberi catatan kaki, meringkas atau meneliti sanad dan matan-matannya.

D. TIMBULNYA PEMALSUAN HADIS DAN UPAYA PENYELAMATANNYA
Sejak terbunuhnya khalifah Usman bin Affan dan tampilnya Ali bin Abu Thalib serta Muawiyah yang masing-masing ingin memegang jabatan khalifah, maka umat Islam terpecah menjadi tiga golongan, yaitu syiah. khawarij, dan jumhur. Masing-masing kelompok mengaku berada dalam pihak yang benar dan menuduh pihak lainnya salah. Untuk membela pendirian masing-masing, maka mereka membuat hadis-hadis palsu. Mulai saat itulah timbulnya riwayat-riwayat hadis palsu. Orang-orang yang mula-mula membuat hadis palsu adalah dari golongan Syiah kemudian golongan khawarij dan jumhur, Tempat mula berkembangnya hadis palsu adalah daerah Irak tempat kamu syiah berpusat pada waktu itu.
Pada abad kedua, pemalsuan hadis bertambah luas dengan munculnya propaganda-propaganda politik untuk menumbangkan rezim Bani Umayyah. Sebagai imbangan, muncul pula dari pihak Muawiyyah ahli-ahli pemalsu hadis untuk membendung arus propaganda yang dilakukan oleh golongan oposisi. Selain itu, muncul juga golongan Zindiq, tukang kisah yang berupaya untuk menarik minat masyarakat agar mendengarkannya dengan membuat kisah-kisah palsu.
Menurut Imam Malik ada empat jenis orang yang hadisnya tidak boleh diambil darinya:
1. Orang yang kurang akal.
2. Orang yang mengikuti hawa nafsunya yang mengajak masyarakat untuk mengikuti hawa nafsunya.
3. Orang yang berdusta dalam pembicaraannya walaupun dia tidak berdusta kepada Rasul.
4. Orang yang tampaknya saleh dan beribadah apabila orang itu tidak mengetahui nilai-nilai hadis yang diriwayatkannya.
Untuk itu, kemudian sebagian ulama mempelajari dan meneliti keadaan perawi-perawi hadis yang dalam masa itu banyak terdapat perawi-perawi hadis yang lemah Diantara perawi-perawi tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui mana yang benar-benar dapat diterima periwayatannya dan mana yang tidak dapat diterima.
Selain itu juga diusahakan pemberantasan terhadap hadis-hadis palsu oleh para ulama, yaitu dengan cara menunjukan nama-nama dari oknum-oknum/ golongan-golongan yang memalsukan hais berikut hadis-hadis yang dibuatnya supaya umat islam tidak terpengaruh dan tersesat oleh perbuatan mereka. Untuk itu, para ulama menyusun kitab-kitab yang secara khusus menerangkan hadis-hadis palsu tersebut, yaitu antara lain :
1. Kitab oleh Muhammad bin Thahir Ak-Maqdizi(w. tahun 507 H)
2. Kitab oleh Al-Hasan bin Ibrahim Al-Hamdani
3. Kitab oleh Ibnul Jauzi (w. tahun 597 H)
Di samping itu para ulama hadis membuat kaidah-kaidah atau patokan-patokan serta menetapkan ciri-ciri kongkret yang dapat menunjukkan bahwa suatu hadis itu palsu. Ciri-ciri yang menunjukkan bahwa hadis itu palsu antara lain:
1. Susunan hadis itu baik lafaz maupun maknanya janggal, sehingga tidak pantas rasanya disabdakan oleh Nabi SAW., seperti hadis:

Artinya:
"Janganlah engkau memaki ayam jantan, karena dia teman karibku. "
2. Isi maksud hadis tersebut bertentangan dengan akal, seperti hadis:
Artinya:
"Buah terong itu menyembuhkan. Segala macam penyakit. "
3. Isi/maksud itu bertentangan dengan nas Al-Quran dan atau hadis mutawatir, seperti hadis:
Artinya:
"Anak zina itu tidak akan masuk surga. "
4. Hadis tersebut bertentangan dengan firman Allah SWT. :
Artinya:
"Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. " (QS. Fatir: 18)
Sanad dan Matan Hadist
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting, karena hadits yang diperoleh/diriwaytkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadits dapat diketahui mana yang dapat diterima atau ditolak dan mana hadits yang sahih atau tidak, untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum Islam.

Sharaf II

فعل الثلاثى المجرّد
فَعَلَ – يَفْعُلُ – اُفْعُلْ
فَعَلَ – يَفْعِلُ – اِفْعِلْ
فَعَلَ – يَفْعَلُ – اِفْعَلْ
فَعِلَ – يَفْعَلُ – اِفْعَلْ
فَعُلَ – يَفْعُلُ – اُفْعُلْ
فَعِلَ – يَفْعِلَ – اِفْعِلْ
فعل الرّباعى المجرّد
فَعْلَلَ – يُفَعْلِلُ - فَعْلِلْ
فعل الرّباعى الملحق
فَعْلَلَ- يُفَعْلِلُ- فَعْلِلْ
فَعْوَلَ- يُفَعْوِلُ- فَوْعِلْ
فَيْعَلَ- يُفَيْعِلُ- فَيْعِلْ
فَوْعَلَ- يُفَوْعِلُ- فَعْوِلْ
فَعْيَلَ- يُفَعْيِلُ- فَعْيِلْ
فَعْلى- يُفَعْلى- فَعْلِ
فَعْنَلَ- يُفَعْنِلُ- فَعْنِلْ

Tafsir Al-qur'an Surat Al-Baqarah ayat: 30-31

TAFSIR TARBAWI
Surat Al baqarah Ayat 30 - 31









Resume
Di sajikan sebagai bahan diskusi Kelas
Pada Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Dosen Pembimbing : Moh. Rifa’i M.Ag

Oleh :
Rahmad Debiyono (09260020)
Elisa (09260005)

JURUSAN PBA FAKULTAS TARBYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG 2010
1. PENDAHULUAN
اسلامعليكم ورحمة الله وبرا كا تة
Al-Qur’an adalah kalam Allah (verbum dei) yang sekaligus merupakan mukjizat, yang diturunkan kepada Muhammad SAW dalam bahasa Arab, yang sampai kepada umat manusia dengan cara al-tawâtur (langsung dari Rasul kepada umatnya), yang kemudian termaktub dalam mushaf. Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial bagi umat Islam dalam segala aspeknya. Al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan Muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya. Tanpa pemahaman yang semestinya terhadap al-Qur’an, kehidupan pemikiran dan kebudayaan Muslimin tentunya akan sulit dipahami.
Sejumlah pengamat Barat memandang al-Qur’an sebagai suatu kitab yang sulit dipahami dan diapresiasi. Bahasa, gaya, dan aransemen kitab ini pada umumnya menimbulkan masalah khusus bagi mereka. Sekalipun bahasa Arab yang digunakan dapat dipahami, terdapat bagian-bagian di dalamnya yang sulit dipahami. Kaum Muslim sendiri untuk memahaminya, membutuhkan banyak kitab Tafsir dan Ulum al-Qur’an. Sekalipun demikian, masih diakui bahwa berbagai kitab itu masih menyisakan persoalan terkait dengan belum semuanya mampu mengungkap rahasia al-Qur’an dengan sempurna.
Ulum al-Qur’an sebagai metodologi tafsir sudah terumuskan secara mapan sejak abad ke 7-9 Hijriyah, yaitu saat munculnya dua kitab Ulum al-Qur’an yang sangat berpengaruh sampai kini, yakni al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, karya Badr al-Din al-Zarkasyi (w.794 H) dan al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, karya Jalal al-Din al-Suyuthi (w. 911 H).
‘Ilm Munâsabah (ilmu tentang keterkaitan antara satu surat/ayat dengan surat/ayat lain) merupakan bagian dari Ulum al-Qur’an. Ilmu ini posisinya cukup urgen dalam rangka menjadikan keseluruhan ayat al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Sebagaimana tampak dalam salah satu metode tafsir Ibn Katsir ; al-Qur’an yufassirû ba’dhuhu ba’dhan, posisi ayat yang satu adalah menafsirkan ayat yang lain, maka memahami al-Qur’an harus utuh, jika tidak, maka akan masuk dalam model penafsiran yang atomistik (sepotong-sepotong).
واسلامعليكم ورحمة الله وبرا كا تة








2. PEMBAHASAN
Surat Al-baqarah 30-31
بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ
وَإِذ قالَ رَبُّكَ لِلمَلٰئِكَةِ إِنّى جاعِلٌ فِى الأَرضِ خَليفَةً ۖ قالوا أَتَجعَلُ فيها مَن يُفسِدُ فيها وَيَسفِكُ الدِّماءَ وَنَحنُ نُسَبِّحُ بِحَمدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قالَ إِنّى أَعلَمُ ما لا تَعلَمونَ ﴿٣٠﴾ وَعَلَّمَ ءادَمَ الأَسماءَ كُلَّها ثُمَّ عَرَضَهُم عَلَى المَلٰئِكَةِ فَقالَ أَنبِـٔونى بِأَسماءِ هٰؤُلاءِ إِن كُنتُم صٰدِقينَ ﴿٣١﴾
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"




3. TAFSIR SURAT AL – BAQARAH AYAT 30 -31
a. Manusia Wakil Allah di Bumi

Dalam ayat – ayat ini kepemimpinan dan ke khalifahan di nyatakan dengan resmi. Dengan begitu, kedudukan spiritual manusia dan nilai semua manfaat di sandarkan dalam surat Al-baqarah ayat 30-31 menunjukkan secara sempurna adanya kekuatan dan kebesaran Allah Swt, di samping kewajiban bersyukur dan beribadah kepadanya. Setelah itu, Al-qur’an mulai menceritakan tentang penciptaan manusia dan respons yang muncul dari malaikat tentang penciptaan manusia, dan kedudukan manusia di antara makhluk yang lain.

Dalam ayat-ayat ini, yang di mulai dari ayat 30 dan berakhir pada ayat 39, Penciptaan Nabi Adam As (manusia pertama) di singgung dan tiga persoalan yang fundamental juga di sampaikan :
1. Allah memberitahu pada malaikat mengenai ke khalifahan manusia di bumi dan pertanyaan mereka kepada Allah Swt.
2. Para Malaikat di perintahkan bersujud di hadapan manusia pertama, Nabi Adam As. Situasi ini di singgung dalam banyak ayat dalam Al-qur’an.
3. Ilustrasi situasi Nabi Adam As dan kehidupan di surga serta peristiwa-peristiwa yang menyebabkan dia di keluarkan dari surge, kemudian taubatnya Nabi Adam As dan keharusan dia dan istrinya tinggal di dunia di perlihatkan.

Kita boleh menafsirkan Khalifah ini dengan tiga tafsiran :
Pertama : Bahwa Bumi dahulu kala di huni oleh makhluk lain, selain manusia. Kemudian Allah Swt, menginginkan Nabi Adan As menjadi Khalifah di Bumi ini.
Kedua : Sebagai Khalifah Allah Swt di bumi, sebab Allah Swt telah member keistimewaan berupa akal. Dan penciptaan akal itu tidak keluar dari ruang lingkup kehendak Nya. Dan dalil pendapat ini adalah firman Allah Swt ; (Q.S Al-Ahzab : 72)

إِنّا عَرَضنَا الأَمانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالأَرضِ وَالجِبالِ فَأَبَينَ أَن يَحمِلنَها وَأَشفَقنَ مِنها وَحَمَلَهَا الإِنسٰنُ ۖ إِنَّهُ كانَ ظَلومًا جَهولًا ﴿٧٢﴾

Artinya : “Sesungguhnya kami telah mengeluarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka manusia enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan di pukul amanat itu oleh manusia. Sesunggunya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (Q.S Al-Ahzab : 72)
Ke tiga : Sebagai khalifah Malaikat dengan pertimbangan bahwa mereka adalah penghuni di Bumi.

Adapun sifat-sifat Khalifah ini akan menjadi pantulan cahaya sifat Allah Swt dan posisinya lebih tinggi dari pada Malaikat. Atas kehendaknyalah, bumi dan segala potensinya di persembahkan sesuai dengan kehendak Manusia.
Manusia pasti memiliki kebijakan, kecerdasan, konsep nan luas dan kapasitas khusus sehingga dia mampu menjalankan kepemimpinan dan kedaulatan atas makhluk-makhluk Bumi.
Karena itu dalam ayat pertama di katakana “Ketika Tuhan mu berkata kepada para Malaikat : Sesungguhnya Aku hendak menjadikan Khalifah di muka Bumi ini. . . . .”
Menurut para ulama besar dan intelektual Islam, serta para pakar dalam bidang Tafsir, makna objektif dari “Khalifah” (Wakil) adalah wakil Ilahiah di muka Bumi, karena pertanyaan yang di ajukan oleh para Malaikat. Yang mengatakan bahwa umat manusia mungkin akan membuat kerusakan dan pertumpahan darah di permukaan Bumi ini sedangkan mereka (para Malaikat) bertasbih kepadanya. Menguatkan makna ini bahwasanya wakil Allah Swt di muka Bumi tidak bersesuaian dengan perbuatan seperti ini.
Dalam sebuah Hadist Imam Ash-Shadiq ra, ketika menafsirkan ayat-ayat ini, menyinggung makna yang sama dan berkata bahwa para Malaikat, setelah mengetahui kedudukan Adam, menyadari bahwa Ia dan keturunannya layak menjadi wakil-wakil Allah Swt di Bumi ini dan berperan sebagai pembimbing manusia dengan izin Allah Swt.
Kemudian dalam ayat ini, para Malaikat menyampaikan sebuah pertanyaan untuk memahami realitas dan bukan sebagai tanda protes.
“Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya seseorang yang akan berbuat kerusakan di dalamnya ? “
Karena mereka sudah mengetahui apa yang di lakukan oleh penghuni Bumi sebelum Manusia. Jika pendapat ini di benarkan, mereka telah berbuat kerusakan di dalam Bumi dan melakukan tindakkan pertumpah darahan di muka Bumi ini. Atau para Malaikat telah mengetahui bahwa makhluk yang memiliki keinginan dan pilihan pasti akan berbuat kerusakan. Hal itu karena di ketahui bahwa Malaikat tidak memiliki bentuk pilihan-pilihan.
Atau bahwa Allah Swt telah menjelaskan kepada para Malaikat tabiat manusia dan apa yang akan terjadi dengan tabiat tersebut.
Barangkali para Malaikat mengira bahwa penciptaan Manusia di maksudkan untuk menyingkirkan mereka. Maka mereka pun berkata :
وَنَحنُ نُسَبِّحُ بِحَمدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ...........……
“…….padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan Mensucikan Engkau…….” (Q.S Al-Baqarah : 30)
إِنّى أَعلَمُ ما لا تَعلَمونَ.........………
“……..sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui……..” ((Q.S Al-Baqarah : 30)

Argumen pertama adalah bahwa Adam mempelajari nama-nama segala sesuatu kemudian mengajarkannya kepada para Malaikat yang sebelumnya tidak mengenal nama-nama tersebut. Oleh karena itu mereka berkata :
سُبحٰنَكَ لا عِلمَ لَنا إِلّا ما عَلَّمتَنا ۖ إِنَّكَ أَنتَ العَليمُ الحَكيمُ ﴿٣٢﴾……
“…… Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau pelajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana” (Q.S Al-baqarah : 32)
Demikianlah Allah Swt, telah menciptakan manusia dengan kedudukan lebih tinggi di bandingkan makhluk-makhluk lain, maka ia harus memanfaatkan kenikmatan ini. Adapun orang yang ingkar terhadap nikmat-Nya, kemudian melampiaskan keinginan-keinginannya kepada hal-hal yang buruk, maka ia akan di kembalikan ke tingkat yang sangat rendah lebih rendah dari hewan. Sebab ia sudah di beri ikhtiar namun tidak memanfaatkannya dengan baik. Justru memilih jalan yang penuh dengan syahwat, jalan dosa, dan perilaku hewan.

b. Ujian Kepada Para Malaikat
Telah di jelaskan di atas tadi bahwa salah satu ujian kepada Malaikat bahwa para Malaikat mengira bahwa di ciptakan Manusia oleh Allah Swt di maksudkan untuk mengingkarkan mereka.
Para ahli Tafsir, dari sudut pandang berbagai gaya penafsiran mereka, telah melontarkan pendapat. Pendapat yang berbeda menyangkut kata “mengajarkan nama-nama” yang telah di jelaskan dalam pembahasan sebelumnya, akan tetapi nama-nama ini maksudnya bukan mengajarkan beberapa kata yang tidak penting. Karena hal itu tidak di pandang sebagai kemuliaan Nabi Adam As.
Di riwayatkan dalam sebuah Hadist, Imam Ash-Shadiq ra di Tanya mengenai makna ayat ini, beliau menjawab, “Maksud nama-nama adalah ; daratan, gunung gemunung, lembah, palung sungai (dan secara keseluruhan segala hal)”. Kemudian Imam Ash-Shakar itu pun termasukdiq ra melihat tikar yang ada di bawahnya dia berkata, “Tikar itu pun termasuk benda-benda yang di ajarkan kepada Nabi Adam As.
Akan tetapi para Malaikat yang tidak memiliki pengetahuan seperti itu gagal dalam siding tersebut dan tidak lulus dalam ujian Allah Swt. Karena itu mereka menjawab :
“Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, Engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana”.


4. KESIMPULAN
Dalam ayat Al-qur’an Surat Al-baqarah ayat 30 menceritakan kepada kita tentang Penciptaan Nabi Adam As, dan sekaligus memberitahu bahwa dia adalah makhluk pertama yang di ciptakan di dunia untuk menjadi khalifah. Artinya manusia itu sebenarnya di muliakan oleh Allah swt, sehingga menjadikan Nabi Adam As (umat manusia) untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini. Meskipun pada awalnya para Malaikat bertanya mengapa Allah swt menciptakan manusia yang akan berbuat kemungkaran di bumi, tapi Allah swt menjawab dalam firman Nya di akhir surat “Aku lebih tahu dari kalian”.
Adapun dalam surat Al-baqarah ayat 31 menerangkan Nabi Adam As di angkat menjadi khalifah di muka bumi, lebih dahulu kepadanya di berikan ilmu dan pengenalan, kesanggupan pikiran yang luas, serta alat-alat yang di perlukan penguasa. Dengan ilmu dan kesanggupan pikiran yang luas itulah Nabi Adam As dan anak cucunya kelak akan menggali sumber daya alam serta mendayagunakan dan menghasilgunakannya dalam arti yang seluas-luasnya.

Daftar Pustaka
Imani Allamah kamal faqih, Tafsir Nurul Qur’an, Al huda, 1424 H
Surin Bachtiar, Terjemah dan tafsir Al-qur’an, Angkasa Offset, Bandung 1993
Azis jam’ah Amin abdul, Wasiat Qur’ani Aktivis Harakah, Uswah klop pro Media,Yogyakarta 2000

Fiqih

FIQIH








Resume
Di sajikan sebagai bahan diskusi Kelas
Pada Mata Kuliah Fiqih
Dosen Pembimbing : Ahmad Tarmidzi M.E,d
Oleh :
Rahmad Debiyono (09260020)
Abdulrahman (09260001)

JURUSAN PBA FAKULTAS TARBYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI RADEN FATAH PALEMBANG
2010
PENDAHULUAN

Segala puji bagi allah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menghadirkan makalah ini yang akan menjadi bahan diskusi yang disajikan pada matakuliah fiqih yang berkaitan dengan muamalah yaitu riba, syirkah, bank, dan asuransi.shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pembimbing umat, rasulullah Muhammad saw.bagi sanak keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Islam adalah suatu system dan jalan hidup yang utuh dan terpadu. Ia memberika panduan terhadap semua aspek kehidupan, termasuk sektor bisnis dan transaksi lainnya yang berkaitan dengan muamalat. Kita sebagai generasi penerus islam sepatutunya memahami dan lebih mengerti tentang muamalat janga sampai kita dibodoh-bodohi oleh agama lain seoalah-olah agama kita tidak membahas permasalahan ini. Jadi semoga dengan bembahasan ini dapat memberikan pemahaman kepada pembaca dengan keterbatasan waktu maupun keterbatasan pengetahuan kami dan membangkitkan semangat keingintahuan pembaca khususnya.
Sebelumnya saya mintaaf kalau ada kesalahan dalam pembahasan yang ada dalam makalah ini ataupun salah dalam penulisan, kami juga manusia dan sesungguhnya manusia tidak luput dari kesalahan.
wassalaam








A. DEFINISI RIBA
Riba secara bahasa bermakna ziyadah(tambahan). Dalam pengertian lain, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-memimjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam islam.
Mengenai hal ini, allah SWT mengingatkan dalam firmannya,

يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا لا تَأكُلوا أَموٰلَكُم بَينَكُم بِالبٰطِلِ إِلّا أَن تَكونَ تِجٰرَةً عَن تَراضٍ مِنكُم ۚ وَلا تَقتُلوا أَنفُسَكُم ۚ إِنَّ اللَّهَ كانَ بِكُم رَحيمًا ﴿٢٩﴾
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil…”(an-nisaa’: 29)
Dalam kaitanya dengan pengertian batil dalam ayat tersebut, ibnu al-arabi al-maliki dalam kitabnya, ahkam al-qur’an, menjelaskan,

“pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba dalam ayat qur’ani yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang(transaksi bisnis) yang dibenarkan syariah.”

Jenis-Jenis Riba

Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua.Yaitu riba hutang-piutang dan riba jual-beli.Riba hutang-piutang terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Sedangkan riba jual-beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi’ah.
a. Riba Qardh
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh).
b. Riba Jahiliyyah
Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
c. Riba Fadhl
Pertukaran antarbarang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi.
d. Riba Nasi’ah
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan kemudian.

Jenis Barang Ribawi

Para ahli fiqih islam telah membahas masalah riba dan jenis barang ribawi dengan panjang lebar dalam kitab-kitab mereka. Dalam kesempatan ini akan disampaikan kesimpulan umum dari pendapat mereka yang intinya bahwa barang ribawi itu meliputi:

1. emas dam perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainya;
2. bahan makanan pokok, seperti beras, gandum, dan jagung, serta bahan makanan tambahan, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

Dalam kaitannya dengan perbangkan syariah, implementasi ketentuan tukar-menukar antar barang-barang ribawi dapat diuraikan sebagai berikut.

1. jual beli antar barang-barang ribawi sejenis hendaklah dalam jumlah dan kadar yang sama. Barang tersebutpun harus diserahkan saat transaksi jual beli. Misalnya, rupiah dengan rupiah hendaklah Rp5.000,00 dengan Rp5.000,00 dan diserahkan ketikan tukar-menukar.
2. jual beli antar barang-barang ribawi berlainan jenis diperbolehkan dengan jumlah dan kadar yang berbeda dengan syarat barang diserahkan pada saat akad jual beli. Misalnya, Rp5.000,00 dengan 1 dollar amerika.
3. jual beli barang ribawi dengan yang bukan ribawi tidak disyaratkan untuk sama dalam jumlah maupun untuk diserahkan pada saat akad. Misalnya, mata uang (emas, perak, atau kertas) dengan pakaian.
4. jual beli antara barang-barang yang bukan ribawi diperbolehkan tanpa persamaan dan diserahkan pada waktu adad, misalnya pakaian dengan barang elektronik.

Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

Sekali lagi, Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan riba. Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Bunga : Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
• Bagi Hasil : Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi
• Bunga : Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan
• Bagi Hasil : Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh
• Bunga : Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi
• Bagi hasil : tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
• Bunga : Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”
• Bagi hasil : Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

• Bunga : Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh beberapa kalangan
• Bagi hasil : Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil

Larangan Riba Dalam Al-qur’an Dan As-sunnah

Umat islam dilarang mengambil riba apa pun jenisnya. Larangan supaya umat islam tidak melibatkan diri dengan riba bersumber dari berbagai surah dalam al-qur’an dan hadist Rasulullah saw.

1. Larangan Riba dalam Al-qur’an
Larangan riba yang terdapat dalam Al-qur’an tidak diturunkan sekaligus, melainkan diturunkan dalam empat tahap.
Tahap pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada allah SWT.

وَما ءاتَيتُم مِن رِبًا لِيَربُوَا۟ فى أَموٰلِ النّاسِ فَلا يَربوا عِندَ اللَّهِ ۖ وَما ءاتَيتُم مِن زَكوٰةٍ تُريدونَ وَجهَ اللَّهِ فَأُولٰئِكَ هُمُ المُضعِفونَ ﴿٣٩﴾
“Dan suatu riba(tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).”(ar-rum: 39)
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk.allah SWT mengancam akan memberi balasan yang keras kepada orang yahudi yang memakan riba .

فَبِظُلمٍ مِنَ الَّذينَ هادوا حَرَّمنا عَلَيهِم طَيِّبٰتٍ أُحِلَّت لَهُم وَبِصَدِّهِم عَن سَبيلِ اللَّهِ كَثيرًا ﴿١٦٠﴾ وَأَخذِهِمُ الرِّبوٰا۟ وَقَد نُهوا عَنهُ وَأَكلِهِم أَموٰلَ النّاسِ بِالبٰطِلِ ۚ وَأَعتَدنا لِلكٰفِرينَ مِنهُم عَذابًا أَليمًا ﴿١٦١﴾
“maka, disebakan kezaliman orang-orang yahudi, kami haramkan atas mereka (memakan-makanan) yang baik-baik(yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan kerena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.”(an-nisaa’: 160- 161)
Tahap ketiga, riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Para ahli tafsir berpendapat bahwa pengambilan bunga dengan tingkat yang cukup tinggi merupakan fenomena yang banyak diperaktikkan pada masa tersebut. Allah berfirman:

يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا لا تَأكُلُوا الرِّبوٰا۟ أَضعٰفًا مُضٰعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُم تُفلِحونَ ﴿١٣٠﴾
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan riba dengan berlipatganda dan bertaqwalah kamu kepada allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”(ali imran: 130)
Ayat ini turun pada tahun ke-3 hijriah. Secara umum, ayat ini harus dipahami bahwa kriteria berlipat ganda bukanlah merupakan syarat dari terjadinya riba (jikalau bunga berlipat ganda maka riba, tetapi jikalau kecil bukan riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari praktik pembungaan uang pada saat itu.
Tahap terakhir, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apa pun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Ini adalah ayat terakhir yang diturunkan menyangkut riba.
يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَروا ما بَقِىَ مِنَ الرِّبوٰا۟ إِن كُنتُم مُؤمِنينَ ﴿٢٧٨﴾ فَإِن لَم تَفعَلوا فَأذَنوا بِحَربٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسولِهِ ۖ وَإِن تُبتُم فَلَكُم رُءوسُ أَموٰلِكُم لا تَظلِمونَ وَلا تُظلَمونَ ﴿٢٧٩﴾
“hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka, jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa-sisa riba) maka ketahuilah bahwa allah dan rasulnya akan memerangimu. Dan, jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiyaya.”(al-baqarah: 278-279)
2. Larangan Riba dalam Hadits
Pelarangan riba dalam islam tidak hanya merujuk pada al-qur’an, melainkan juga al-hadits. Hal ini sebagaimana posisi umum hadits yang berfungsi untuk menjelaskan lebih lanjut aturan yang telah digariskan melalui al-qur’an, pelarangan riba dalam hadits kebih terinci.
Dalam amanat terakhirnya pada tanggal 9 dzulhijjah tahun 10 hijriah, rasulullah saw. Masih menekankan sikap islam yang melarang riba.
“ingatlah bahwa kamu akan mengahadap tuhanmu dan dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidak adilan.”
Selain itu, masih banyak lagi hadits yang menguraikan masalah riba.

B. Pengertian Syirkah
Syirkah menurut bahasa berarti percampuran. Sedangkan menurut istilah syirkah berarti kerja sama antara dua orang atau lebih dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama. Landasan hukum syirkah terdapat dalam Al Quran surat 38 ayat 34 yang artinya adalah
“ Sesungguhnya kebanyakan orang-orang yang berserikat itu sebagian dari mereka itu berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan amat sedikitlah mereka ini.”
Dan dalam sabda Rasulullah yang artinya “ Aku ini ketiga dari dua orang yang berserikat, selama salah seorang mereka tidak mengkhianati temannya. Apabila salah seorang telah berkhianat terhadap temannya, aku keluar dari antara mereka.”

Rukun Syirkah dan Syaratnya
Rukun syirkah:
• Ijab
• Qobul
Syarat-syarat:
• Pembagian keuntungan yang jelas dan diketahui orang pihak-pihak yang bersyirkah.
• merdeka, baligh dan pintal
• Mencampukan harta

Macam-macam Syirkah
1. Syirkah Amlak
Ialah bahwa lebih dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad. Biasanya syirkah jenis ini tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2. Syirkah Uqud
Ialah bahwa dua orang atau lebih melakukan akad untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya berupa keuntungan. Rukunnya adalah adanya ijab dan qabul. Hukumnya menurut mazhab hanafi membolehkan semua jenis syirkah apabila syarat-syarat terpenuhi.

Macam-macam Syirkah Uqud adalah:
a) Syirkah Inan, adalah persekutuan dalam urusan harta oleh dua orang bahwa mereka memperdagangkan dengan keuntungan dibagi dua

b) Syirkah Mufawadhah, adalah bergabungnya dua orang atau lebih untuk melakukan kerja sama dalam suatu urusan, dengan syarat-syarat:
• Samanya modal masing-masing
• Mempunyai wewenang bertindak yang sama
• Mempunyai agama yang sama
• Bahwa masing-masing menjadi si penjamin lainnya atas apa yang dibeli dan yang dijual.
Syirkah, baru dikatakan berlaku jika masing-masing berakad untuk itu.
c) Sirkah Wujuh, adalah bahwa dua orang atau lebih membeli sesuatu tanpa permodalan yang ada hanyalah berpegang kepada nama baik mereka dan kepercayaan para pedagang terhadap mereka dengan catatan bahwa keuntungan untuk mereka. Syirkah ini adalah syirkah tanggung jawab tanpa kerja atau modal.

d) Syirkah A’maal, adalah dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya dua orang arsitek bekerja sama untuk menggarap sebuah proyek. Musyarakah ini kadang-kadang di sebut syirkah abdan atau sana’i.

Cara Mengakhiri Syirkah
1. Salah satu pihak membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lain.
2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk mengolah harta.
3. Salah satu pihak meninggal dunia.
4. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama syirkah.

Aplikasi dalam Perbankan
a. Pembiayaan proyek
Al-musyarakah biasaanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
b. Modal venture
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melalui investasi dalam kepemilikan perusahaan, al-musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah itu bank menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.



C. Pengertian Asuransi
Menurut pasal 246 Watboek zan Koophandel (kitab Undang-undang Perniagaan) bahwa yang dimaksuddengan asuransi adalah suatu persetuan di mana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai peganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.
Menurut Fuad Mohd. Fachruddin yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu perjanjian-peruntungan. Sebelumnya beliau menjelaskan definisi asuransi menurut Kitab Undang-Undang perniagaan pasal 246.
Dalam bahasa Arab, asuransi dikenal dengan istilah at-ta’min, penanggung disebut mu’ammin, tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min. At-ta’min diambil dari amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa aman dan bebas dari rasa takut.
Ahli fikih kontemporer Wahbah az-Zuhaili mendefinisikan asuransi berdasarkan pembagiannya. Ia membagi sauransi dalm dua bentuk, yaitu at-ta;min at-ta’awuni dan at-ta’min bi qist sabit.
a) At-ta’min at-ta;awuni atau asuransi tolong-menolong adalah “kesepakatan sejumlah orang untuk membayar sejumlah uang sebagai ganti rugi ketika salah seorang diantara mereka mendapat kemudaratan.
b) At-ta’min bi qist sabit atau asuransi dengan pembagian tetap adalah “akad yang mewajibkan seseorang membayar sejumlah uang kepada pihak asuransi yang terdiri atas beberapa pemegang saham dengan perjanjian apabila peserta asuransi mendapat kecelakaan, ia diberi ganti rugi.
Muhammad Syakir Sula mengartikan takaful dalam pengertian muamalah adalah saling memikul risiko di anatara sesama orang, sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Dalam Ensiklopedia Hukum Islam digunakan istilah at-takaful al-ijtima’I atau solidaritas yang diartikan sebagai sikap anggota masyarakat Islam yang saling memikirkan, memerhatikan dan membantu mengatasi kesulitan, anggota masyarakat Islam yang satu merasakan penderitaan yang lain sebagai penderitaannya sendiri dan keberuntungannya adalah juga keberuntungan yang lain. Hal ini sejalan dengan HR. Bukhari Muslim: “Orang-orang yang beriman bagaikan sebuah bangunan, antara satu bagian dan bagian yang lainnya saling menguatkan sehingga melahirkan suatu kekuatan yang besar” dan HR. Bukhari Muslim lainnya, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam konteks solidaritas ialah bagaikan satu tubuh manusia, jika salah satu anggota tubuhnya merasakan kesakitan maka seluruh anggota tubuhnya yang lain turut merasa kesakitan dan berjaga-jaga (agar tak berjangkit pada anggota yang lain).”

Dasar Hukum
Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hokum praktik asuransi syariah. Karena sejak awal asauransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hokum Islam.
1. Al-Qur’an
Diantaranya ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai muatan nilai yang ada dalam praktik asuransi adalah:
a. Surah Al-Maidah ayat 2
يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا لا تُحِلّوا شَعٰئِرَ اللَّهِ وَلَا الشَّهرَ الحَرامَ وَلَا الهَدىَ وَلَا القَلٰئِدَ وَلا ءامّينَ البَيتَ الحَرامَ يَبتَغونَ فَضلًا مِن رَبِّهِم وَرِضوٰنًا ۚ وَإِذا حَلَلتُم فَاصطادوا ۚ وَلا يَجرِمَنَّكُم شَنَـٔانُ قَومٍ أَن صَدّوكُم عَنِ المَسجِدِ الحَرامِ أَن تَعتَدوا ۘ وَتَعاوَنوا عَلَى البِرِّ وَالتَّقوىٰ ۖ وَلا تَعاوَنوا عَلَى الإِثمِ وَالعُدوٰنِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَديدُ العِقابِ ﴿٢﴾
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”
Ayat ini memuat perintah (amr) tolong-menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat dalam praktik kerelaan anggota (nasabah) perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar digunakan sebagai dana social (tabarru’). Dana sosial ini berbentuk rekening tabarru’ pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah (peril).

b. Surah Al-Baqarah ayat 185
يُريدُ اللَّهُ بِكُمُ اليُسرَ وَلا يُريدُ بِكُمُ العُسرَ وَلِتُكمِلُوا العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلىٰ ما هَدىٰكُم وَلَعَلَّكُم تَشكُرونَ ﴿١٨٥﴾
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
Dalam konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembaga asuransi, seseorang dapat memudahkan untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya dimasa mendatang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian yang tidak disengaja.


c. Surah Ali Imran ayat 145 dan 185
Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya…” (QS. Ali Imran:145)
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS. Ali-Imran:185)
Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa kematian (ajal) adalah sesuatu yang bersifat pasti adanya dan akan menimpa bagi sesuatu yang memiliki nyawa (nafs), termasuk di dalamnya manusia. Seorang manusia tidak dapat melepaskan dirinya dan berlari dari kematian. Dalam hal ini kewajiban yang harusnya dilakukan oleh manusia adalah meminimalisasikan kerugian yang diakibatkan oleh kematian dengan cara melakukan perlindungan jiwanya untuk kepentingan ahli waris. Karena seseorang melakukan perlindungan jiwanya dengan berasuransi akan meringankan beban ekonomi ahli waris yang ditinggalkannya. Sebaliknya orang yang tidak melakukan proteksi pada dirinya secara tidak langsung akan memberikan beban bagi keluarga. Yang ditinggalkannya karena tidak ada dana yang tersimpan dalam bentuk tabungan untuk keperluan hidup dimasa mendatang.

2. Al-Hadist
a. Hadist Tentang Aqilah
Artinya: “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, dia berkata: Berselisih dua orang wanita dari suku Huzail, kemudian salah satu wanita tersebut melempar batu ke wanita yang lain sehingga mengakibatkan kematian wanita tersebut beserta janin yang dikandungnya. Maka ahli waris dari wanita yang meninggal tersebut mengadukan peristiwa tersebut kepada Rasulullah SAW., maka Rasaulullah SAW memutuskan ganti rugi dari pembunuhan terhadap wanita tersebut dengan pembebasan seorang budak laki-laki atau perempuan, dan memutuskan ganti rugi kematian wanita tersebut dengan uang darah (diyat) yang dibayarkan oleh aqilahnya (kerabat dari orang tua laki-laki)”. HR. Bukhari




Keputusan Konfrensi Negara-Negara Islam Sedunia Di Kualalumpur Mengenai Asuransi
Mengingat asuransi sudah terdapat dan berjalan di sebagian besar negara yang sebagian besar penduduknya beragama Islam maka negara-negara Islam sedunia berkonfermasi dengan keputusan-keputusan sebagai berikut.
1) Asuransi yang di dalamnya terdapat unsur riba dan eksploitasi adalah haram.
2) Asuransi yang bersifat koperatif hukumnya halal:
• Asuransi yang khusus untuk suatu usaha dapat dilakukan oleh manusia (sekumpul manusia) atas dasar koperatif;
• Suatu asuransi yang tidak terbatas untuk sesuatu usaha dapat dilakukan oleh pemerintah;
• Konferensi menganjurkan pemerintah-pemerintah Islam untuk mengadakan asurans yang bersifat koperatif antara negara-negara Islam.
Peserta-peserta asuransi ini membayar iuran berupa uang yang tidak boleh diambil kembali kecuali pada saat ia berhak menerimanya.
3) mengingat pentingnya perdagangan internasional, maka asuransi dalam lingkup internasional yang ada sekarang diangga halal, berdasarkan hukum darurat.

Asuransi Dalam Sistem Islam
Dijelaskan oleh Muhammad Nejatullah Shiddiqi bahwa asuransi merupakan suatu kebutuhan dasar bagi manusia karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya memerlukan santunan. Asuransi merupakan organisasi penyantun masalah-masalah yang universal, seperti kematian mendadak, cacat, penyakit pengangguran, kebakaran, banjir, badai, dan kecelakaan- kecelakaan yang bersangkutan dengan transportasi serta kerugianfinansial yang disebabkannya. Kecelakaan-kecelakaan seperti diatas tidak hanya bergantung pada tindakan para sukarelawan, kenyataan ini menuntut asuransi untuk diperlakukan sebagai kebutuhan dasar manusia pada ruang lingkup yang sangat luas dari kegiatan-kegiatan dan situasi manusia.
Keperluan perindungan menghadapi malapetaka dan kerugian finansial yang berkaitan dengan yang dihadapi setiap orang sama pentingnya dengan pemeliharaan ketertiban. Untuk melenyapkan akibat buruk dari jenis kecelakaan yang diungkapkan di atas yang berkaitan dengan ketentuan kesejahtraan umum dan jaminan sosial, dalam suatu sistem yang Islami merupakan tugas negara untuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang sedang mengalami kesulitan dan memenuhi kebutuhan yang muncul akibat kecelakaan mendadak, cacat bawaan, pengangguran sementara, usia lanjut ataupun kematian wajar dari pencari nafkah keluarga. Pada umumnya negara-negara akan mengandalkan pendapatnya sendiri untuk memenuhi kewajiban-kewajiban ini. Dalam kasus tertentu, sejumlah sumber khusus dapat juga disadap untuk keperluan ini, misalkan pihak majikan dibebani atas nama para pegawai dan pekerja mereka, pihak pemerintah dibebani atas nama para pegawai negeri sebagaimana halnya upah atau gaji.
Rancangan asuransi yang dipandang sejalan dengan nilai-nilai Islam diajukan oleh muhammad Nejatullah Shiddiqi sebagai berikut.
a. Semua asuransi yang menyangkut bahaya pada jiwa manusia, baik mengenai angota badan maupun kesehatan harus ditangani secara eksklusif di bawah pengawasan negara. Jika nyawa anggota badan atau kesehatan manusia tertimpa akibat kecelakaan pada industri atau ketika sedang melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh majikannya, badan pertolongan dan ganti rugi dibebankan pada pemilik pabrik atau majikannya. Prinsip yang sama dapat diterapkan ketika memutuskan masalah pengangguaran, apakah tindakan yang harus dilakuka oleh majikan atau pemilik pabrik setelah mengakibatkan menganggurannya orang yang bersangkutan. Bersama dengan ini haruslah individu diberi kebebasan mengambil asuransi guna menanggulangi kerugian yang terjadi pada kepentingan dirinya dan keluarganya oleh berbagai kecelakaan sehingga ia dapat memelihara produktivitas ekonomi serta kelanjutan bisnisnya.
Asuransi seperti diatas juga harus menjadi kepentingan negara dengan membawa semua asuransi ke bawah wewenang dilaksanakan oleh negara. Negara harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kekayaan dan harta milik orang banyak dari kebakaran, banjir, kerusakan gempa bumi, badai, dan pencurian. Kesempatan haruslah diberikan kepada setiap individu untuk mengambil asuransi terhadap kerugian finansial yang terjadi. Uang ganti rugi hendaklah ditetapkan dalam setiap kasus menurut persetujuan kontrak sebelumnya yang menjadi dasar pembayaran premi oleh pemilik kekayaan. Dalam seseorang jatuh miskin disebabkan oleh suatu musibah, orang tersebut harus ditolong dari kemiskinannya dengan sistem jaminan sosial. Jaminan ini mesti dapat diperoleh tanpa pembayaran premi apa pun. Akan cocok kiranya jika perusahaan-perusahaan besar seperti industri pesawat terbang wajib untuk diasuransikan, rumah tempa tingal juga dapat dipertimbangan menurut jalur-jalurini, badan swasta yang melakukan usaha asuransi bagi brang-barang kekayaan juga dapat diizinkan.

b. Hendaklah sebagian besar bentuk asuransi yang berkaitan dengan jiwa, perdagangan laut, kebakaran, dan kecelakaan dimasukan dalam sektor negara. Beberapa di antaranya yang berurusan dengan kecelakaan-kecelakaan tertentu, hak-hak, dan kepentingan-kepentingan serta kntrak-kontrak yang bisa diserahkan kepada sektor swasta.








KESIMPULAN
Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba pinjaman adalah haram. bunga bank termasuk ke dalam riba. bagaimana suatu akad itu dapat dikatakan riba? hal yang mencolok dapat diketahui bahwa bunga bank itu termasuk riba adalah ditetapkannya akad di awal. jadi ketika kita sudah menabung dengan tingkat suku bunga tertentu, maka kita akan mengetahui hasilnya dengan pasti.
Ada dua jenis hutang yang berbeda satu sama lainnya, yakni hutang yang terjadi karena pinjam-meminjam uang dan hutang yang terjadi karena pengadaan barang. Hutang yang terjadi karena pinjam-meminjam uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaris, dan studi kelayakan. Tambahan lainnya yang sifatnya tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi, tidak diperbolehkan. Hutang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang harus jelas dalam satu kesatuan yang utuh atau disebut harga jual. Harga jual itu sendiri terdiri dari harga pokok barang plus keuntungan yang disepakati. Sekali harga jual telah disepakati, maka selamanya tidak boleh berubah naik, karena akan masuk dalam kategori riba fadl. Dalam transaksi perbankan syariah yang muncul adalah kewajiban dalam bentuk hutang pengadaan barang, bukan hutang uang.
Dalam islam tidak ada namanya bunga bank, namun yang diterapkan oleh bank-bank yang berbasis syariah adalah musyarakah atau bagi hasil






DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad syafi’i. bank syariah dari teori ke praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
Qardhawi, Muhammad Yusuf. Halal dan Haram dalam Islam, Jakarta: PT. Bina Ilmu, 1993.
Saeed, Abdullah. Bank Islam dan Bunga, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
























.

Muhadatsah II

فى المدرسة

الفصل
مكتبة
مصلَىَ
سا حة
ميدان
مقصف
تلميذ
أستاذ
جامعة التعاونية
مسجد
زهرة
شجرة
بناية
بوَا بة
إدارة
حمَام
فناء
حديقة
رائس المدرسة
درس
تقرير
إعلان
منحةالدرسية
سور
ديوان
د رجة
مرسوم المدرسة
سنة الدَراسة
صا حب المدرسة
اجراء عمليَة
إمتحن وطيَ
نشرة
درس إضافيَ
مديرالمدراسة
نظام
عطلة
مجلَةالحائط
إستمارة
سمَط
منشَة



الافعال

درس – يدرس
تعلَم – يتعلَم
قام – يقوم
مشى – يمشى
سار – يسير
نظر – ينظر
جاء – يجئ
علَم – يعلَم
رجع – يرجع
زحف – يزحف
إجتمع – يجتمع
قال – يقول
أخذ – ياءخذ
وهب – يحب
أعطى – يعطى
إستعر – يستعير
حمل – يحمل
مسك – يمسك
غشَ – يغش
حذَرَر – يحظَر
وقَع – يوقَع
اطاع – يطيع
مزح – يمزح
استراح – يستريح
نصح – ينصح
سجَل – يسجَل
عا قب – يعاقب
اذن – ياءذن
اعلن – يعلن
اوجب – يوجب
نقض – ينقض
حيَا – يحيَ
طرد – يطرد
خرَج – يخرَج
دفع – يدفع
كنس – يكنس
نظَف – ينظَف
مسح – يمسح





الحوار
اطالبة الجديدة
راهماد وعمران : اسلام عليكم ياريزا !
ريزا : وعليكم سلام يا أخانى !
عمران : صبح الخير، من بجانبك ؟
ريزا : صبح النور، الطلبة الجديدة
إيمى : اسلام عليكم يا أحدقائ
راهماد وعمران وريزا : وعليكم سلام !
راهماد : أهلاًوسهلاً فى مدرستى. من اسمك ؟
إيمى : أهلاًبك. إسمى إيمى
عمران : إسمى عمران وهذا راهماد. من أين جئت ؟
إيمى : جئت من فيكن بارو
ريزا : أين ا نت تسكنين الآن ؟
إيمى : الآن أسكن فى اطريق سوكاونتان
راهماد : لماذا أنت تصرفين إلى فـالمبانج ؟
إيمى : لأنَى تابع الوالدين. متى تبداءلدراسة ؟
ريزا : اي وا. تدحان وقت الدَراسة الآن
عمران : حيَ بنا إلى الفصل
إيمى : أين فصلنا ؟
ريزا : هناك، بجا نب الإدارة.

Muhadatsah I

المحادثة








المدرس : ساسي موردة


الكاتب

عمران مر هاميد (09260003)
مستعين سوريا فترى (09260018)
راهماد دبييونو (09260020)
ريز سفتيّاني (09260021)




شعبة اللغة العربيّة
بكليّة التربيّة

با لجامعة الاسلامية الحكومية رادين فتاح فالمبانج
2010



فى البيت
الأسماء
باب مطبح مروحة
نا فذة رفّ سرير
جدار مكنسة رفّ النشفة
أريكة ساعة الحائط
بلاط كوّة
بساط مقباض الباب
حظيرة قفل
حزانة غرفة الطّعام
حمّام زجاج النّافذة
فناء بالوعة
مكتب ستارة
كرسيّ حنك
قرميد حفرة المفتاح
عماد سور
سلّة غرفة المذاكرة
مزبلة صالة الإنتظار
سقف ميزاب
مصباح حديقة
غرفة الضّيافة سلّم
غرفة النّوم مسبّك
حجرة بئر
الأفعال
سال – يسيل دع – يدعو
صلح – يصلح دعم – دعم
عطى – يعطى رتّب- يرتّب
لصق – يلصق زيّن – يزيّن
أكل – يأكل صدم – يصدم
أخذ – يأخذ صعد – يصعد
وقف – يقف صلىّ – يصلىّ
شعل – يشعل رمى – يرمى
دخل – يدخل طلب – يطلب
طفاء – يطفئ ضحك – يضحك
تنعّم – يتنعّم طلى – يطلى
جهّز – يجهّز علقّ – يعلقّ
جلس – يجلس فتح – يفتح
جفّف – يجفّف قابل – يقابل
جدّد – يجدّد قاس – يقاس
حسن – يحسن قطع – يقطع
حيّا – يحيّى قفّل – يقفّل
حفظ – يحفظ كنس – يكنس
خرج – يخرج قرأ – يقرأ
خزن – يخزن مزح – يمزح
دخّن – يدخّن
دعك – يدعك
الحوار
ابى : السّلام عليكلم
امرا : وعليكم السّلام
ابى : هل أبوك فى البيت؟
امرا : نعم,أبى فى البيت
ابى : أين أختك هند ؟
امرا : هي فى المطبخ
ابى : ماذا تعمل فى المطبح ؟
امرا : هي تقليّ صويا مقليّ (pisang goreng)
ابى : أين جحرتك ؟
امرا : حجرتي بجانب المطبح
ابى : ما أجمل بيتك, متى يصلح بيتك ؟
امرا : الحمد اللّه,نصلح فى بيتنا فى الشهر 7 يسمبر 2009 م
ابى : عفوا, أين حمّامك ؟ اريد أن ابول
امرا : واء جدّا. تفضّل !
ابى : هل عندك مروحة ؟ هنا حارّ
امرا : عفوا, نعم عندى مروحة, إنتظر الحظة سأخذها
ابى : شكرا, أخى
امرا : هل تحبّ شا يّ مثلّح ؟
ابى : لا, احبّ لبن مثلّح
ابى : أين بستانك؟
امرا : بستاني بجانب بيتي

فى البيت
الأسماء

Pintu Dapur Kipas angin
Jendela Rak buku Ranjang
Dinding Sapu Rak handuk
Sofa Jam dinding
Lantai Fentilasi
Karpet Gagang kunci
Garasi Gembok
Almari Ruang makan
Kamar mandi Kaca jendela
Halaman Got
Meja Gorden
Kursi Langit-langit
Genteng Lubang kunci
Tiang Pagar
Keranjang sampah Ruang belajar
Sampah Ruang tunggu
Atap Talang
Lampu Kebun
Ruang tamu Tangga
Kamar tidur Terali
Kamar Sumur


الأفعال

Mengalirkan Mengajak
Merenovasi Menyangga
Memberi Menata
Menempelkan Menghias
Makan Mendobrak
Mengambil Menaikan
Memarkirkan Shalat
Menghidupkan Membuang
Memasukan Mencari
Mematikan Mengecat
Menikmati Tertawa
Menyajikan Menggantungkan
Duduk Membuka
Menjemur Menemui
Merancang Mengukur
Memperbaiki Memotong
Menyapa Mengunci
Memelihara Menyapu
Keluar Membaca
Menyembunyikan Bergurau
Mengetuk
Mengepel


فى غرفة الضّيافة
الإسماء

كرسىّ مكنسة
مصباح زهريّة
تلّيفزيون اريكة
منضدة بلاط
صورة جدار
ضيف رفّ الكتب
مرمدة كوّة
تلفون ستارة
مفرش صورة المسجدالحرام
أسرة مجلّة
أرضيّة جزيدة
مروحة صورةالمناظر
ساعةالجدار صورة الأسرة
خزانة مكبّر الصوت
الرّديو سلك
رفّ رزنامة
نافذة سجلّ الضيوف
حنك مرأة


الأفعال

شاهد- يشاهد قام – يقوم
تكلّم – يتكلّم مشى – يمشى
جلس – يجلس كرم – يكرم
فضّل – يفضّل صادف – يصادف
ودّع – يودّع إبتسام – بتسيم
حدثّ – يحدّث أذن – يأذن
أخذ – يأخذ ضحك – يضحك
إستضف – يستضيف غنّى – يغنّى
علق – يعلق رتّب – يرتّب
عطى – يعطى وضع – يضع
رجع – يرجع دعك – يدعك
شرب – يشرب دخّن – يدخّن
قال – يقول زيّن – يزيّن
دخل – يدخل فتح – يفتح
نظر – ينظر قفل – يقفل
نظّف – ينظّف شعل – يشعل
كنس – يكنس
إنتظر – ينتظر
رحّب – يرّحب
سمع – يسمع

الحوار

امرا : السلام عليكم
أبى : وعليكم السلام
امرا : يا أخى, انا اريد أن اسأل إليك عن غرفة الضّيفة. ما يجوز؟
أبى : تفضّل!
امرا : ما فى غرفة الضّيافة من بيتك, يا أبى ؟
أبى : فى غرفة الضّيافة هناك, الكرسى و المصباح و الصورة و المرمدة و المروحة وغيرذلك.
امرا : ماذا تعمل فىغرفة الضّيافة ؟
أبى : اشاهد تلفيز يّون مع أسرتى وأقرأ المجلّة والجزيدة أيضا.
امرا : متى تعله ؟
أبي : اعمله بعد اذاكر دروسي فى غرفة المذاكرة.
امرا : اين غرفة الضّيافة فى بيتك ؟
أبى : غرفة الضّيفة امام المطبح وبجانب غرفة نومي.
امرا : من ينظّف غرفةالضّيافة ؟
أبى : الحادمة تنظّف غرفة الضّيافة فى بيتي.
امرا : متى الضيوف يستضفون إلى بيتك ؟
أبى : الضيوف يستضفون إلى بيتي فى كلّ يوم.
امرا : ما تعمل بهم ؟
أبى : نتحدّثون عن دينا الإسلام : اركان الإسلام
امرا : شكرا كثيرا
أبى : عفوا
فى غرفة الضّيافة
الإسماء

Kursi Sapu
Lampu Pot bunga
Televisi Sofa
Meja Lantai
Gambar Dinding
Tamu Rak buku
Asbak Fentilasi
Telepon Gambar Masjidil Haram
Taplak meja Majalah
Keluarga Koran
Lantai Gambar pemandangan
Kipas angin Gambar keluarga
Jam dinding Tape
Lemari Kabel
Radio Kalender
Rak Daftar tamu
Jendela Cermin
Langit-langit




الأفعال

Menonton Berdiri
Berbincang Berjalan
Duduk Memuliakan
Mempersilahkan Menjumpai
Mengucapkan selamat tinggal Tersenyum
Bercerita Memperbolehkan
Mengambil Tertawa
Bertamu Bernyanyi
Bosan Mengatur
Memberikan Meletakan
Pulang Memgepel
Minum Merokok
Berkata Menghias
Keluar Membuka
Melihat Menutup
Membersihkan Menghidupkan
Menyapu
Menunggu
Mengucapkan selamat tinggal
Mendengar




ْفى غرفة النوم

الأسماء

فراش
سرير
وسا دة
مراة
مسجب
سجدة
مر و حة
خزا نة
دثا ر
مشط
بذ ر ة
ملا بس
كيس
شر شف
فستان
ساعة المنه
قميص
مكتب التعلم
مصباح
رف الكتب
مفرش
ملابس يو مية
لباس النوم
مكواة
را د يو
كحل
كرسيّ
مخفظة
رجاليّ
حرميّ
اولاديّ
كتب
صورة
صالون الجمال
أدوات النوم



الأفعال


استيقظ – يستيقظ
اضطجع – يضطجع
تزين – يتزين
استراح – يستريح
احتلم – يحتلم
خرج – يخرج
دخل – يدخل
تخيل – يتخيل
اخذ – ياخذ
علق – يعلق
رتب – يرتب
ضحك – يضحك
نم – ينام
كتب – يكتب
تعلم – يتعلم
صلى – يصلى
قرأ – يقرأ
بكى – يبكى
سمع – يسع
كنس – يكنس
طلب – يطلب
مزح – يمزح
وضع – يضع
وجد - يجد
جلس – يجلس
غنّى – يغنّى
لبس – يلبس
غطّى – يغطّى
تمرأى – يتمرأى
مشط – يمشط
فتح – يفتح
قفل- يقفل
كحل- يكحل
نظّف - ينظّف




الحوار


امرا : ماذا فى غرفة نومك ؟
مس : فى غرفة نومك هناك, السرير والوسادة والفراش والشرشف والأدوات النوم والملابس والقميص وغير ذلك
امرا : ماذا تعمل فى غرفة نومك ؟
مس : اذاكر دروسي ثمّ اتعلّم وأن انام فى عرفة النوم
امرا : هل تصلّى فى غرفة النوم ؟
مس : لا, انا اصلّى فى غرفة الصلاة
امرا :من ينظّف غرفة نومك ؟
مس : أمّي, هي تنظّف غرفة نومي
امرا : متى أمّوك تنظّف غرفة نومك ؟
مس : أمّي تنظّف غرفة نومي فى كلّ يوم
امرا : أين غرفة نومك ؟
مس : غرفة نومي امام الغرفة الضّيافة و جانب الغرفة الصّلاة







فى غرفة النوم
الأسماء

Kasur
Ranjang
Bantal
Cermin
Gantungan
Sajadah
Kipas angin
Lemari
Selimut
Sisir
Bedak
Baju
Sarung Bantal
Seprei
Rok
Jam Beker
Kemeja
Meja Belajar
Lampu
Rak Buku
Alas kaki
Baju harian
Baju tidur
Setrika
Radio
Celak
Kursi
Pakaian (laki2)
Palaikan (pr)
Pakaian (ank2)
Buku
Gambar
Make-up
Peralatan tidur










الأفعال

Bangun Tidur
Berbaring
Berdandan
Beristirahat
Bermimpi
Keluar
Masuk
Melamun
Mengambil
Menggantung
Merapikan
Tertawa
Tidur
Menulis
Belajar
Sholat
Membaca
Menangis
Mendengar
Menyapu
Mencari
Bergurau
Meletakan
Menemukan
Duduk
Bernyanyi
Memska
Menutup
Bersisir
Membuka
Menutup
Bercelak
Membersihkan











فى الحمّام
الإسماء

نعل مرخاص
بئر مشجب
دلو علاّقة
فرشة شامبو
مكان للصابون صابون غسل
بول صابون إستحمام
ماسورة دواء للمضمضة
مغملة فرشاة الشّياب
صابون أنبوبة
فرجون خرطوم
معجون باب
مكنسة مصباح
رشاش كوّة
مرأة جنك
منشفة
ملابس
بركة
ماء
مغرفة

الأفعال

قفل – يقفل رفع – يرفع
دخل – يدخل رمى – يرمى
خرج – يخرج شجب – يشخب
رتّب – يرتّب تمرأى – يتمرئ
جمع – يجمع استحمام – يستحميم
ملاء – يملاء نظّف – ينظّف
رش – يرش غطّى - يغطّى
سقى – يسقى نقع – ينقع
وضع-يضع تغوّط - يتغوّط
علّق – يعلّق فرج – يفرج
مسح – يمسح
فتح – يفتح
استنزف – ينتزف
سوك – يسوك
غسل – يغسل
حلق – يحلق
غنّى – يغنّى
سال – يسال
قام – يقوم
أخذ – يأخذ

الحوار

امرا : السّلام عليكم
ابى : وعليكم السّلام
امرا : يا أخى, انا اريد أن اسائل إليك عن الحمّام, ماذا يجوز ؟
ابى : تفضّل !
امرا : متى تذهب إلى الحمّام, يا محمّد ؟
ابى : أنا أذهب إلى الحمّام فى الوقت أبول وأتغوّط
امرا : ماذافى الحمّام ؟
ابى : فى الحمّام هناك بركة، وماء، ومعرقة، وفرجون، ومعجون، ومرحاض،
ومكنسة،و غيرذالك
امرا : بما تأخذ الماء من البركة يا أخى ؟
ابى : أخذ الماء من البركة بمغرفة
امرا : بما تستحميم ؟
ابى : استحمام بالصابون و بالماء
امرا : أين وضعت الصابون ؟
ابى : أضع الصابون فى مكان للصابون
امرا : بما تنظّف أسنانك؟
ابى : أنظّف أسناني بالفرجون و المعجون
امرا : هل ترش بعد تتغوط وبعد تبول ؟
ابى : نعم ،أرس الماء بعد اتعوطاوبعد أبول
امرا : شكرا كثيرا
ابى : عفوا
فى الحمام
الأسماء

Sandal Kakus
Sumur Gantungan
Ember Gantungan
Sikat Shampo
Tempat sabun Sabun cuci
Air seni Sabun mandi
Pipa Obat kumur
Baskom Saluran air
Sabun Pipa
Sikat Pintu
Odol Lampu
Sapu Fentilasi
Pancuran Langit-langit
Cermin
Handuk
Pakaian
Bak mandi
Air
Gayung



الأفعال

Menutup Mengangkat
Masuk Membuang
Keluar Menggantung
Menyusun Berkata
Menampung Mandi
Mengisi Membersihkan
Menyiram Menutup
Meletakan Merendam
Menggantungkan Buang air
Membasuh Menyikat
Membuka
Menimbah
Menyikat
Mencuci
Mencukur
Bernyanyi
Mengalir
Berdiri
Mengambil








فى المطبح
الأسماء
موقد فلفل ابيض خسب
بترول فلفل اسواد ملعة حسبية
غاز سكّار جفنة
رفّ رزّ مصفاة
كوب سلّة فحم
صحن سكّين نار
ملعقة مقصّ رماد
مقلاة حليب حساء
سوكة لوح للقطع كطيمة
فنجان قهوّة مبشرة
برّاد سوّى زيت
خرطوم بيض سلطانيّة
صينية لحم كبريت
أنبوبة خضروات كعك
فوطة طبيح مكنسة
مائدة طعام
سفرة طبّاح
ثلاجة طبّاحة
كرسيّ قارورة
ملح قدر
فلفل مزبلة
الأفعال
املاء – يملاء تنعّم – يتنعّم
قلّى – يقلّى وضع – يضع
اشعل – يشعل جّهن – يجهّن
غلى – يغلى هيّأ – يهيّئ
صبّ – يصبّ استعدّ – يستعدّ
سلق – يسلق شرب – يشرب
شرّح – يشرّح قفل – يقفل
وصفّى – يصفّى أخذ – يأخذ
خلط – يخلط غسل – يغسل
خلّط – يخلّط كنس - يكنس
حرق – يحرق دعك – دك
طبح – يطبح رمى – ير مى
كشط – يكشط طرح – يطرح
شوّى – يشوّى دخل – يدخل
فتح – يفتح قطع – يقطع
أكل – يأكل نشر – ينشر
أخدم – يأخدم رتّب - يرتّب
ضنع – يضنع فرّم - يفرّم
كسّر – يكسّر طفأ – يطفأ
طلب – يطلب نظّف - ينظّف
فضّل – يفضّل
حسب – يحسب
الحوار

ريز : السلام عليكم
هند : وعليكم السلام
ريز : أين أمّوكِ, يا هند ؟
هند : أمّى فى المطبح
ريز : ماذا تعمل فى المطبح ؟
هند : أمّى تطبح الرزّ و احسا ء الدّيك
ريز : هل عندك إدام ؟
هند : نعم, عندى إدام
ريز : ماذا عندى من الإدام ؟
هند : عندى بيضة مقليّ و دجاجة مقليّة
ريز : أين ثلاجتك ؟
هند : ثلاجتي قرب رفّ الصحون
ريز : ماذا فى ثلاجة ؟
هند : فى ثلاجة هي ثمرات و خضروات و ماءالأبيض و كعك و بيضاء و ثلج
ريز : الماذا تطبح أمّوكِ ؟
هند : أمّى تطبح بموقد الغاز
ريز : كم مرّة تطبح أمّوكِ فى كلّ يوم ؟
هند : تطبح أمّى ثلاث مرّة كلّ يوم
ريز : أين تضع صحون و كوب و فنجان و ملعقة ؟
هند : اضعهم على الرّف

فى المطبح
الأساماء

Tungku Lada putih Tempat sampah
Minyak tanah Lada hitam Panci
Gas Gula Kayu
Rak Beras Centong
Gelas Keranjang sampah Baskom
Piring Pisau Ayakan
Sendok Gunting Arang
Kuali Susu Api
Garpu Talenan Abu
Cangkir Kopi Kuah
Teko Teh Termos
Selang Telur Parutan
Nampan Daging Minyak goreng
Tempat gas Sayur Mangkok
Serbet Masakan Korek
Meja makan Makanan Kue
Taplak meja Koki (lk) Sapu
Kulkas Koki (pr)
Kursi Botol
Garam Pisau
Cabe Periuk

الأفعال

Mengisi Menikmati
Menggoreng Meletakan
Mengukus Menyajikan
Menyalakan Menyediakan
Merebus Menyiapkan
Menuang Minum
Mengodok Menutup
Mengiris Mengambil
Mengayak Mencuci
Mengaduk Menyapu
Mencampur Duduk
Membakar Mengepel
Memasak Membuang
Memarut Memasukan
Memanggamg Memotong
Membuka Membentangkan
Makan Menata
Melayani Mencincang
Membuat Mematikan
Memecahkan Membersihkan
Memesan
Mempersilahkan
Menghitung

فى الساحة

الاسماء

زهرة درّاجة يعسوب
شجرة مرشة جراد
حشيش ساءح
سور ارجوحة
حجر ملعب
حصاة بستناني
بركة سماّد
سمك مسجاة
زهرية فندق
مزبلة نحل
مكنسة فراشة
نمل طائر
ارض نوع من الحشائش
بالوعة نرجيل
طلمسة ابو شعر
مقعدة ثمرات
سيّارة خضروات
جولة ورق


الافعال

كنس – يكنس طرح – يطرح ثقب – يثقب
نظّف – ينظّف رفع – يرفع جرى – يجرى
لعب – يلعب حفر – يحفر
جلس – يجلس أخذ – يأخذ
سقى – يسقى وضع – يضع
نظر – ينظر قطع – يقطع
دخل – يدخل رتّب – يرتّب
مشى – يمشى قام – يقوم
حرف – يحرف شاهد – يشاهد
بذر – يبذر طلع – يطلع
سار – يسير شذّب – يشذّب
عمل – يعمل نزع – ينزع*
سّمد – يسّمد خلع – يخلع*
حرث – يحرث قلع – يقلع*
رمى – يرمى قفز – يقفز
صبّ – يصبّ وثب – يثب
قطف – يقطف قال – يقول
زرع – يزرع ركم – يركم



الحوار
امرا : السّلام عليكم
خالد : وعليكم السّلام
امرا : يا خالد, انا اريدأن اسأل إليك عن السا حة. ما يجوز ؟
خالد : تفضّل !
أمرا : ماذا فى الساحة ؟
خالد : فى الساحة هناك, زهرة و شجرة و سور و بركة و زهريّة و مكنسة وبالوعة و حشيش ومقعدة وارجوحة و ملعب و غير ذلك
أمرا : ماذا تعمل فى الساحة ؟
خالد : اكنس و ارمى و احرف الساءح . العب مع اخى و اجلس على المقعدة بينما اقرأ المجلّة.
أمرا : أين ترمى السائح ؟
خالد : ارمه إلى المزبلة
أمرا : ماذا تلعب مع اخوك فى الساحة ؟
أمرا : نلعب قرة القدام
أمرا : متى تلعب فى الساحة ؟
خلد : العب هناك بعد أذاكر دروسى و صّلاة العصر
أمرا : متى تكنس و تنظّفها ؟
خالد : اكنس و انظّف الساحة فى كلّ يوم قبل اذهب الى المدرسة
أمرا : هل أمّوك تكنسها و تنظّفها أيضا؟
خالد : نعم, امى تكنسها و تنظّفها
امرا : شكرا كثيرا
خالد : عفوا
فى الساحة
الإسماء

Bunga Sepeda Capung
Pohon Alat Penyiram Belalang
Rumput Sepeda
Pagar Sampah
Batu Ayunan
Kerikil Tempat Bermain
Kolam Pupuk
Ikan Cangkul
Pot bunga Pondok
Kotak sampah Lebah
Sapu Kupu-kupu
Semut Burung
Tanah Ilalang
Got Kelapa
Pompa air Rambutan
Bangku Buah-buahan
Mobil Sayur-sayuran
Motor Kelapa





الأفعال

Menyapu Berdiri
Membersihkan Membuang
Bemain Mengangkat
Duduk Menggali
Menyiram Mengambil
Melihat Meletakan
Masuk Memotong
Berjalan Menata
Membakar Berdiri
Menabur Melihat
Berjalan Menaiki
Bekerja *Memangkas
Memupuk Mencabut
Mencangkul Melompat
Membuang Meloncat
Menyiram Berbicara
Memetik Menimbun
Menanam Melobangi
Menebang





فى المسجد
الأسماء
حصير امام
سورة مأموم
جدار محراب
سقف مكنسة
قرأن بلاط
منبر جنك
مصباح خطيب
مروحة مكرفون
سجادة رفّ القرأن
مساحة عمود
مئذنة رفّ الحذاء أو النعل
قبّة
مرحاص
مصليّ
مكان الؤضوء
حجاب
ساعة الحائط
مؤذّان
باب
نافذة
مكاتب
الأفعال
صلىّ – يصلىّ فتح – يفتح
قرأ – يقرأ قفل- يقفل
سمع – يسمع تكلّم - يتكلّم
جمع – يجمع ذاكر - يذاكر
حضر – يحضر سلّم – يسلّم
نظّف – ينظّف مشى - يمشى
دخل – يدخل نام - ينام
خرج – يخرج اسند – يسند*
نظر – ينظر اضاف – ضيف *
شاهد – يشاهد أمر – يأمر
أذان – يؤذان دعا - يدعو
قال – يقول
حدّث – يحدّث
جلس – يجلس
توضّأ – يتوضّأ
قام – يقوم
حفظ – يحفظ
خطب – يخطب
وضع – يضع
رتّب – يرتّب
ركّب – يركّب
نشر – ينشر
الحوار

امرا : السلام عليكم
ابى : وعليكم السلاّم، كيف حالك ؟
امرا : الحمد لله، أنا بلخير،و أنت ؟
ابى : الحمدلله، صلّيت ؟
امرا : صلّيت، وأنت
ابى : لمّا، أين مكان الوضوء؟
امرا : مكان الوضوء وراء المسجد
(بعد الصلاة)
ابى : ماذا تعمل بعدالصلاة ؟
امرا : أقر بعض الأيات من أالقرآن الكريم.
ابى : هل تصلّى بالجمعة فى كلّ صلاة ؟
امرا : نعم, أصلّى بالجمعة فى كلّ صلاة
ابى : ما فى المسجد ؟
امرا : فى المسجد هناك الحصير و السجادة و القرأن و المصباح و المنبر و غير ذلك
ابى : شكرا يا أخى, انا اريد أن اجع إلى البيت
امرا :عفوا
ابى : السلام عليكم
امرا : وعليكم السلام


فى المسجد
الأسماء

Permadani Imam
Dinding Ma’mum
Atap Mihrab
Al-qur’an Sapu
Mimbar Lantai
Lampu Langit-langit
Kipas angin Khotib
Sejadah Mikrofon
Pelataran Pimpinan masjid
Menara adzan Rak sepatu/sandal
Kuba
WC
Orang sholat
Tempat wudhu’
Hijab
Jam dinding
Mu’adzin
Pintu
Jendela
Kantor



الأفعال

Sholat Membuka
Membaca Menutup
Mendengarkan Berbicara
Berkumpul Mengingat
Menghadiri Bersalaman
Membersihkan Berjalan
Masuk Tidur
Keluar Bersandar*
Melihat Memerintahkan
Menyaksikan Mengajak
Adzan
Berkata
Bercerita
Duduk
Berwudhu’
Berdiri
Menghafal
Berkhutbah
Menyusun
Mengatur
Membentangkan





فى الشارع

الأسماء



جسر
لو ح الإ علا ن
الطو بيس
مركبة
سيارة
معا لم السير
دراجة
جوالة
تكس
سيارة النقل
مبني
دكاكين
منتظر السيارة
مملءبترول
ريح
سجرة
اانسان
مزبلة
مشي
تاجر
شرطي
مصباح الشارع
بخار
ورشة
بيشأ
عربة
مزبلة
سائح
السراج الأحضر
السراج لأحمر
السراج الأصفر
لافتة
مجرى



الأفعال


اتظر – ينتظر
صدم – يصدم
اركب – يركب
سبق – يسبق
حمل – يحمل
اسرع – يسرع
حرك – يحرك
انزل – ينزل
وقف – يوقف
ركب – يركب
نزل – ينزل
حيا – يحي
نقض- يقض
عنقش – يعنقش
اوقف – يوقف
اطفء – يطفىء
دعا – يدعو
جول – يجول
انطلق – ينطلق
التق – يتقى
اصلح – يصلح
عمل –يعمل
ظاهر – يظاهر
اشترى – يشترى
سوم - يسوم
طرف – يطرف
طارد – يطارد
طرق- يطرق
خطر – يخطر
جرى- يجى








الحوار

امرا : السلام عليكم
مس : وعليكم السلام
امرا : كيف حالك, يا أخى
مس : الحمد للّه
امرا : ماذا تعمل الان ؟
مس : أنا انتطر صديقي
امرا : إلى أين أنت ؟
مس : أنا اريد أن اذهب إلى السوق
امرا : لما تذهب إلى السوق ؟
مس : انا اريد أن اشتري الكتاب و المحفظة
امر : بما تذهب إلى السوق ؟
مس : انا اذهب إلى السوق بالحافلة أو بالسيّارة
امرا : يا أخى, انا اريد أن اسأل. أين الشارع حجّ الشقران؟
مس : الشارع حجّ الشقران وراء المستصفى محمد حسن. لماذا تذهب هناك؟
امرا : انا اريد أن اذهب إلى البيت صديقى. شكرا كثيرا يا أخى
مس : عفوا
امرا : السلام عليكم
مس : وعليكم السلام




فى الشارع
الأسماء

Jembatan
Udara
Papan Iklan
Bus
Kendaraan
Mobil
Rambu-rambu
Sepeda
Sepeda motor
Taksi
Truk
Gedung
Pertokoan
Halte
Pombensin
Angin
Pohon
Manusia atau orang
Kotak sampah
Trotoar
Pedagang
Polisi
Lampu jalan
Asap
Bengkel
Becak
Andong
Kotak sampah
Lampu hijau
Lampu merah
Lampu kuning
Spanduk
Got







الأفعال

Menunggu
Menabrak
Menaikan Penumpang
Mendahului
Mengangkut
Mengebut
Menstater
Menurunkan
Menyetop
Naik
Turun
Menyapa
Melanggar
Menjajakan
Memarkir
Mematikan
Mengajak
Berjalan
Berangkat
Bertemu
Memperbaiki
Bekerja
Mendemo
Membeli
Menawarkan
Menyusuri
Mengejar
Melewati
Melintasi
Berlari








المحادثة











المدرس : ساسي موردة

الكاتب

عمران مر هاميد (09260003)
مستعين سوريا فترى (09260018)
راهماد دبييونو (09260020)
ريز سفتيّاني (09260021)



شعبة اللغة العربيّة
بكليّة التربيّة

با لجامعة الاسلامية الحكومية رادين فتاح فالمبانج
2010

Insya II

اسم : راهماد دبييونو
قسم : الغةالعرابية
كلية : التربية
المدرّس : N. Lala Alawiyah, M.Ag




وصف السوق ليلة العيد
في ليلة العيد كان السوق عميرا. والنَا س يبتمعون في السوق. ليقضون ليلة العيد منهم، الرجل، والسباب، والنًساء، واالأمهات، والأبوات، وغيرها.
في السوق لعوب متنوعة. منها قا ميد فوتار و رود لمبنج و غيرها.
فيهامن يبعوالثوب وقلنسوة، وإزار، والقميس، وغيرها.